CINTA NYATA
Rani adalah
seorang siswa yang baru saja duduk di bangku SMA. Ia dikenal sebagai siswa yang
periang dan juga religius. Ayahnya telah tiada beberapa bulan yang lalu untuk
menghadap sang pencipta. Sekarang, Rani hanya hidup berdua bersama Ibunda yang
amat ia cintai.
Segudang
embun baru saja terbuka, tiada penerang yang nampak dari ufuk timur. Rani pun
pelan – pelan membuka matanya dan nampak seseorang yang penuh cinta ada di
hadapannya. Sang ibu-pun segera menghampiri Rani dengan membawa secangkir air
putih hangat. Seusai meminum, terdengar lantunan adzan yang membuat hatinya
bergetar dan fikiran-pun jauh melayang mengikuti gerak – gerik alunan suara
itu. Seperti biasa, Rani-pun bergegas berwudhu dan melangkahkan kakinya
menembus dunia nyata dengan tarian angin pagi yang membuat bulu kuduknya
berdiri menuju sebuah tempat dimana hatinya menjadi tenang akan mengingatNya.
Sholat subuh pun telah usai, dan Rani kembali ke rumahnya yang penuh dengan
ribuan kenangan.
Jam
dinding telah menunjukan pukul 05.30 WIB. Rani-pun bergegas untuk mengisi
perutnya yang keroncongan dengan
makanan penuh kasih dan sayang dari Ibundanya. Selepas makan, Rani mengangkat
kakinya dan berjalan mengikut alur rumahnya untuk membasahi tubuhnya. Setelah
itu, Rani melaksanakan sholat dhuha dan bergegas menuju sekolahnya yang baru.
Ia tak
percaya diri untuk menginjakkan kaki di sekolah barunya. Tiba – tiba,
kesedihan-pun datang menyelimuti dirinya. Berharap, kesedihan itu lekas sirna
oleh cahaya yang datang mengahmpirinya. Satu demi satu kakinya terangkat dan
berjalan menyusuri lorong – lorong sekolah dengan suara sepatunya yang menggema
menemani langkahnya. Sesampainya di kelas, Rani-pun duduk dibangku depan.
Waktu-pun berjalan dan bangku yang kosong di kelasnya terisi penuh oleh orang –
orang yang baru ia lihat kecuali bangku disebelahnya, karena siswa dikelasnya
berjumlah ganjil. Jam pelajaran-pun dimulai dan perkenalan demi perkenalan
berlangsung. “teng..teng..teng..” bunyi bel istirahat pertama telah berbunyi
dan menggugurkan aktivitas pembelajaran. Teman – temannya berlarian menuju
kantin sekolah seperi semut yang diserbu oleh musuh. Namun, didalam kelas
terlihat seorang anak yang sedang duduk sendirian penuh kesedihan. Yah, dia
adalah Rani. Ia tak tau harus bagaimana karna tak ada teman yang menemani
langkahnya. Ia berubah, dulu sewaktu SMP Rani mempunyai banyak teman. Mungkin,
karna kesedihan berat yang ia alami menyebabkan separuh sifatnya hilang kedalam
lautan kesedihan. Rani tak punya kemampuan untuk hadir ditengah keramaian.
Sesaat ia hadir didalam keramaian, ia merasa seakan akan kesalahan memutari
fikirannya.
Suatu
hari, terdengar ada seleksi ROHIS di sekolah barunya. Dengan penuh semangat,
Rani pun mengikuti seleksi itu. Berharap ia dapat menjadi aktivis ROHIS.
Seleksi demi seleksi pun berlangsung, begitu banyak siswa yang mendaftar dalam
seleksi itu. Kepercayaa dirinya pun menurun, namun ia mencoba untuk tetap
percaya dengan kemampuannya walaupun hal itu sangatlah susah. Akhirnya,
seleksi-pun telah usai dan Rani hanya bisa berpasrah serta terus berdoa kepada
Allah. Setelah menunggu sekian lama, akhirnya pengumuman-pun tertempel di papan
pengumuman sekolah. Namun, Rani tak mengetahui akan pengumuman itu. Bel pulang
pun terdengar nyaring di telinganya. Saat ia mau pulang, tiba – tiba teman
sekelasnya menghampiri dirinya dan dengan semangat ia mengatakan kalau pengumuman
ROHIS telah tertempel di papan pengumuman. Mendengar akan hal itu, fikiran Rani
pun pecah dan dengan penuh semangat dan beribu harapan, ia berlari menuju papan
pengumuman. Nama demi nama-pun ia telusuri berharap namanya tercantum dalam
pengumuman itu. Namun akhirnya, tak sesuai dengan harapannya. Ia tak masuk
dalam daftar calon pengurus Rohis, kesedihan pun muncul dalam hatinya. Walaupun
kesdihan mulai memasuki lubuk hatinya, ia tetap mecoba membaca dengan ketajaman
ketelitian yang tinggi. Ternyata, yang ia baca adalah daftar ikhwan bukan
akhwat. Rani-pun berganti membaca tabel dibawahnya, dan menelususri nama demi
nama. Alhamdulillah, akhirnya nama Rani tercantum dalam daftar calon pengurus
ROHIS akhwat. Ia sangat bersyukur dan tak sabar ingin langsung menuju kerumah
memakai pintu kemana saja seperti doraemon agar bisa bertemu dengan orang yang
sangat ia cintai.
Hari demi
hari berjalan begitu cepatnya. Namun, Rani tetap duduk dibangku yang sama,
yaitu paling depan dan sendiri. Ia sangat sedih akan hal itu, namun ia tak bisa
menceritakan kepada siapa – siapa karna tak ada teman disampingnya. Sebenarnya
ia ingin mengatakan hal yang sebenarnya kepada sang Ibu, namun ia tak tega jika
harus menambah beban orang tercintanya. Akhirnya ia pendam kesedihan itu di
dalam lubuk hatinya dan mencoba melapisi kesedihan dengan senyuman manis di
bibirnya agar tak ada yang tau bahwa ia sedang bersedih. Ia terpaksa berbohong
akan hal itu karena ia hanya ingin melihat senyuman dari orang lain di
sekelilingnya bukan kesedihan akibat cerita darinya.
Pelantikan
pengurus ROHIS pun dimulai. Ia begitu tegang saat berlangsungnya kegiatan itu.
Waktu pun terus berjalan dan akhirnya pelantikan pun sirna. Sejak saat itu,
Rani telah resmi menjadi anggota pengurus ROHIS di sekolahnya. Begitu senang
hatinya, karena keinginan dari dulu telah tercapai. Bunga – bunga pun
bermekaran di dalam hatinya, dan ingin sekali kali ia berenang dalam kolam
bunga yang indah.
Kumpul
ROHIS pertama kali pun dimulai. Ia begitu semangat untuk mengahdirinya,
walaupun dengan sisa – sisa tenaga dan fikiran serta perut yang sudah mulai berperang.
Saat ia memasuki masjid, terlihat banyak teman – teman baru dihadapannya dan
juga kakak kelas yang baru ia kenal. Perkenalan demi perkenalan pun
berlangsung, dan setelah itu pembahasan akan program kerja untuk pertama
kalinya dimulai dan dipimpin oleh ketua umum ROHIS dibalik pembatas tak tembus
pandang.
Keesokan
harinya, Rani – pun menjalani aktivitas seperti biasanya dengan penuh
semangatdan senyuman yang tertempel pada bibirnya. Ia – pun tetap duduk
sendirian. Pernah beberapa kali ia duduk dengan seorang teman, karena teman
sebangkunya tidak berangkat sekolah. Di dalam kesehariannya disekolah sering
kali aktivitasnya ia lakukan sendiri seperti makan sendiri, ke ke kantin
sendiri, ke masjid sendiri dan lain sebagainya. Pernah ia merasa iri dengan
teman yang selalu bersama dengan sahabatnya. “ Betapa bahagianya andai aku
mempunyai teman yang selalu ada di sampingku. “ ucap rani dalam hati. Rani
memang bukanlah teman yang sempurna, namun ia akan selalu berusaha agar menjadi
seorang teman yang setia dan peduli. Banyak teman – temannya yang datang
jikalau ada suatu keinginan, namun setelah keinginannya terselesaikan temannya
– pun pergi jauh meninggalkan Rani sendirian tenggelam dalam lautan kegelapan
penuh kesedihan. Mungkin karna terlalu polosnya Rani, sehingga ia mengalami hal
seperti itu. Namun, dengan kepolosan yang dimiliki Rani, ia dikenal oleh banyak
temannya walaupun mereka tak berani mendekati rani secara langsung.
ROHIS
adalah kegiatan yang mengisi waktu luangnya. Ia merasa lebih enjoy dengan teman – teman ROHIS dari
pada teman – teman di kelasnya sendiri. Karena, ia merasa bahwa teman – teman
ROHIS nya adalah salah satu keluarganya dan mereka saling mengerti satu sama
lain. Tak ada rasa sendiri selama di dalam kegiatan ROHIS, tak seperti di
kelasnya. Semenjak itu, selama istirahat berlangsung ia seringkali berada di
masjid dari pada di kelasnya. Sering ia menangis saat berdoa kepada Allah,
sering kali ia meminta agar secercah cahaya mengajaknya berlari menjauhi lautan
kegelapan, sering kali ia curhat mengenai masalah hidupnya. Karena dengan hal
itu, perasaan Rani – pun tenang. Bagi rani, Allah adalah seorang teman yang
selalu ada di sampingnya dan selalu menemani dalam setiap langkahnya.
Bulan
demi bulan-pun berlalu, tiba saatnya Rani menghadapi Ulangan Kenaikan Kelas. Ia
begitu semangat menjalaninya, dan berusaha dengan giat serta tak lupa untuk
selalu berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah. Tes demi tes pun telah Rani
lalui, ia hanya bisa berpasrah kepada Allah akan hasil yang ia dapatkan.
Karena, niat Rani pergi ke sekolah slama ini hanyalah untuk beribadah kepada
Allah dan segala nilai yang akan ia dapatkan ia pasrahkan kepada Allah, dan
nilai itu akan ia persembahkan untuk Ayahnya, Ibunya, dan semua orang yang ia
sayangi yang telah hadir dalam hidupnya.
Hari
pembagian raport – pun telah tiba, begitu tegangnya hari itu untuk Rani. Seakan
akan kenaikan kelas adalah moment yang paling menakutkan bagi setiap siswa.
Nama Rani pun telah terucap oleh wali kelas dan ibunda tercintanya pun segera
maju untuk mengambil hasil raport – nya. Rani yang hanya duduk diluar dengan
menatap langit biru penuh kerinduan akhirnya terhenti oleh sentuhan tangan
lembut malaikat hidupnya. Dengan spontan Rani pun bertaya kepada sang Ibu
mengaenai hasil raportnya, namun hanya senyuman yang diberikan oleh sang Ibu.
Kemudian, Rani segera membuka hasil raportnya dan ia sangat terkejut. Ternyata
nilai raportnya rata – rata adalah A. Ia – pun sangat bersyukur lantas mencium
tangan ibundanya dan pulang ke rumah bersama.
Sekarang,
Rani pun mengerti bahwa rani tidak lah sendirian. Begitu banyak orang – orang
yang mencintai Rani, terutama cinta yang nyata. Yaitu, Cinta Allah, Cinta
RasulNya dan cinta Ayah dan Ibu. Kesedihan-pun lambat laun sirna oleh cahaya
akibat pancaran cinta nyata. Rani – pun mulai bisa berlari menjauhi lautan
kegelapan penuh kesedihan, dan cahaya yang mengajaknya berlari adalah cinta
nyata, berkat lantunan doa.
“ Ayah,
ini Rani. Rani anakmu. Tak perlu khawatirkan Rani ayah, Rani akan baik – baik
disini bersama Ibu.”
KARYA
Nama : Fitrani Hanindya N.
Kelas : XI IPA 7
No : 14